Lebih Utama Kurban Untuk Orang Hidup Atau Yang Telah Meninggal? Simak Klarifikasi Buya Yahya

Lebih Utama Kurban untuk Orang Hidup atau yang Sudah Meninggal? Simak Penjelasan Buya Yahya

Buya Yahya menerangkan mengenai mana yang lebih diutamakan, antara kurban untuk orang yang masih hidup atau untuk orang renta yang sudah meninggal. 

SERAMBINEWS.COM – Berkurban memang sungguh disarankan terhadap setiap muslim.

Bahkan beberapa ayat menyandingkan shalat dengan ibadah kurban, alasannya merupakan memiliki keunggulan yang sungguh bagus di segi Allah SWT.

Pun sanggup dikatakan, kalau ibadah fisik yang paling tinggi derajatnya merupakan shalat, maka ibadah bederma maka kurban memiliki derajat tinggi dalam sedekah.

Seperti salah satu ayat yang membahas mengenai tingginya derajat kurban.

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang ditugaskan kepadaku dan saya merupakan orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah),” (QS Al-An’am: 162-163).

Lalu, bagaimana untuk orang yang sudah meninggal ?

Apakah masih disunnahkan untuk berkurban dengan mediator anak-anaknya, atas nama orang tuanya.

Mengenai hal ini, ulama berbeda-beda pendapat, sebagian menyebut berkurban lebih baik untuk orang yang masih hidup.

Sebagian ada juga yang menyampaikan berkurban tetap baik ditangani seorang anak terhadap orang tua, alasannya merupakan pahala berkurban tetap hingga pada orang renta yang sudah wafat.

Mengenai hal ini, Buya Yahya lewat Instagram @buyayahya_albahjah memamerkan klarifikasi terkait lebih utama berkurban untuk orang yang masih hidup atau orang yang sudah meninggal.

“Mana yang Utama; Qurban Untuk Orang Hidup atau yang Sudah Meninggal?

Jika ingin berqurban tetapi cuma 1 ekor sapi, dan cukup untuk 1 keluarga.

Namun ingin juga qurban untuk orang renta yang sudah meninggal.

Lalu qurban untuk siapa yang didulukan?

Untuk yang masih hidup atau yang sudah meninggal? 

Demikian tulis pada akun bercentang biru untuk video yang diunggah pada hari Kamis (23/7/2020).

Berikut ini klarifikasi Buya Yahya menyerupai tertera pada video.

Berkurban untuk yang hidup, adapun berkurban untuk orang yang sudah meninggal dunia ada khilaf di dalamnya.

Kalau ia berwasiat untuk dikurbankan, maka kita kurbankan.

Kalau pun tidak sah akan tetapi diutamakan untuk yang hidup, kecuali keunggulan tadi, misalnya keluarganya tujuh, sudah ada satu sapi, nambah dua kambing untuk mbah dan neneknya yang sudah meninggal.

Kalau ada masih yang hidup, dahulukan yang hidup, sunnah bagi yang hidup itu dikukuhkan, namun orang meninggal tidak.

Tidak ada perumpamaan orang renta saya meninggal sebelum berkurban, makanya dibilang kalau memang ia berwasiat, maka berkurban.

Kalau tidak juga menyampaikan tidak ada kurban bagi orang yang sudah meninggal.

Tapi menurut usulan yang selama ini yang kita baca fiqih Syafii, orang meninggal boleh kita kurbankan.

Demikian klarifikasi Buya Yahya menyerupai tertera pada video, yaitu memprioritaskan orang yang masih hidup ketimbang keluarga yang sudah almarhum.

Namun kalau memang kurban berlebih, misalnya mengkurbankan satu sapi dan anggota keluarga cuma ada empat, maka tiga orang lagi boleh saja dikurbankan atas nama keluarga yang sudah almarhum. (Serambinews.com/Syamsul Azman)


Posted

in

by

Tags: