Format Rumusan Capaian Pembelajaran ialah bagian penting dari pelaksanaan pendidikan dengan kurikulum merdeka berguru. Capaian pembelajaran biasanya akan sekolah penggagas gunakan untuk menentukan tujuan menanamkan aksara dan kompetensi menurut Profil Pelajar Pancasila.
Namun, adapun isi capaian pembelajaran yang menjadi poin utama kurikulum merdeka belajar dan persyaratan akademik yang mau tiap sekolah kembangkan telah Pemerintah Pusat sediakan sebelumnya.
Lalu, bagaimana cara merumuskan capaian pembelajaran yang sempurna?. Apa lagi harus sesuai dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa?. Ayo pahami lebih lanjut.
1. Bentuk Penulisan Rumusan Capaian Pembelajaran
Format capaian pembelajaran dapat menuliskannya dalam bentuk paragraf. Sehingga kekerabatan antara pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan umum secara terperinci dan utuh. Menjadi satu kesatuan pembelajaran yang tidak terpisahkan, serta menggambarkan prestasi yang akan dicapai siswa pada simpulan pembelajaran.
Maka perlu menimbang-nimbang tahap dan kecepatan perkembangan anak, alasannya adalah setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini sungguh menolong dan menunjukkan peluang untuk mengeksplorasi subjek lebih dalam, ketimbang buru-buru. Sebab mempunyai cukup waktu untuk memperkuat kesanggupan.
Keadaan ini juga memungkinkan anak berkebutuhan khusus memakai hasil berguru yang sama dengan anak biasa (anak di sekolah biasa).
Dengan demikian, secara tidak langsung akan bisa memudahkan guru ketika mengajarkan matersi sesuai level yang benar (teaching at the correct level). Oleh sebab itu, guru mampu mengajar anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Sehingga belum dewasa menerima layanan pendidikan sesuai dengan haknya.
2. Menggabungkan Aspek Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan dalam Format Capaian Pembelajaran
Jika kompetensi inti dan kompetensi dasar yang biasa kita kenal dalam kurikulum 2013 berubah menjadi satu. Maka hal tersebut dapat dibilang sebagai Capaian Pembelajaran. Jadi, hasil integrasi ini menjadi satu kesatuan yang menggambarkan kesanggupan apa saja yang mesti siswa kuasai.
Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, tidak perlu lagi memisahkan antara 3 unsur dalam kurikulum 2013 seperti: sikap, pengetahuan dan keterampilan. Capaian pembelajaran ini sudah menjadi anutan dalam menggambarkan kesuksesan anak dalam berguru.
Untuk itu perlu mengintegrasikan, berbagi dan memperkuat kesanggupan dan abjad siswa-siswi berdasarkan Profil Pelajar Pancasila. Kaprikornus ini merupakan salah satu hal paling penting dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak Indonesia.
3. Fase Format Rumusan Capaian Pembelajaran
Tidak mirip kurikulum-kurikulum sebelumnya yang memprioritaskan sasaran dalam kala waktu 1 tahun. Kurikulum Merdeka Belajar lebih menargetkan capaian pembelajaran dalam rentang waktu yang panjang. Tergantung fase ruang lingkup rumusan tahap pendidikan siswa.
Sedangkan alokasi waktu mengajar Kurikulum Merdeka Belajar untuk setiap fase mampu bervariasi, tergantung terhadap jenjang kelas pendidikan. Istilah “fase” menjadi isyarat membedakan setiap kelas. Karena siswa yang sedang mencar ilmu di kelas yang serupa, dapat berada pada fase yang berlainan.
Hal ini ialah penerapan prinsip mencar ilmu berjenjang berdasarkan capaian pembelajaran. Atau disebut juga dengan tingkat pengajaran yang cocok (teaching at a stage/level yang tepat).
Misalnya, jikalau siswa kelas 6 SD butuh mempelajari materi fase B (kelas 3 dan 4). Maka guru mampu memakai bahan sesuai fase tersebut.
Tahap PAUD
Di PAUD ada tahap awal yang disebut tahap dasar (Taman Kanak-kanak B). Tahap dasar ini mencakup capaian perkembangan yang harap siswa kuasai pada awal jenjang sekolah dasar sesuai usia anak usia dini.
Sehingga terlihat kesanggupan transisi dari PAUD ke sekolah dasar, termasuk persiapan sekolah. Pembelajaran di Sekolah Dasar berlainan dengan pembelajaran di PAUD, termasuk format rumusan capaian pembelarannya.
Pembelajaran PAUD bukanlah penggunaan mata pelajaran melainkan isi pembelajaran yang menggabungkan pengembangan enam aspek. Sedangkan pembelajaran di sekolah dasar mengacu pada mata pelajaran yang penyajiannya dengan tema (kurikulum 2013). Baca Juga: 3 Cara Persiapan Guru Mengajar Anak Taman Kanak-kanak
Tahap SD sederajat
Terdapat 3 tahapan, ialah fase A (kelas 1-2), fase B (kelas 3-4) dan fase C (kelas 5-6).
Dapat terlihat, bahwa adanya perbedaan durasi sekolah dasar selama 2 tahun. Adapun penyebabnya alasannya banyaknya sekolah yang menggunakan kelas multi usia untuk menampung 2 kelas.
Kaprikornus, perbedaan durasi fase ini sebab argumentasi kasatmata daripada argumentasi teoretis.
Tahap SMP sederajat
Hanya ada fase D, dengan durasi 3 tahun.
Lamanya tahapan Sekolah Menengah Pertama (Sekolah Menengah Pertama) berdasarkan pada tahap pengembangan. Sedangkan pada tahap sekolah menengah atas berdasarkan pada kebutuhan siswa sekolah menengah untuk penguatan materi dan keahlian pada peminatan.
Tahap Sekolah Menengan Atas sederajat
Memiliki 2 tahapan utama, ialah fase E (kelas X SMA) dan fase F (kelas XI dan XII).
Sedangkan untuk SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), format capaian pembelajaran fase E mencakup dasar-dasar mata pelajaran umum dan bermaksud untuk memperkuat dasar-dasar yang memperolehnya di SMP. Selain itu, tahap E juga memberikan pengetahuan dasar planning wawasan profesional yang menekankan pada soft skill.
Siswa juga mampu memiliki pengertian yang komprehensif tentang kemungkinan karir masa depan, tantangan dan kesempatan yang terkait dengan pembinaan keterampilan yang siswa pilih.
Selain itu, tahap E juga berisi pengetahuan dasar keahlian teknis, yang dapat mendukung siswa untuk konsentrasi nantinya di tahap F. Pada tahap ini, siswa akan memiliki banyak waktu untuk lewat proses pembelajaran.
Sehingga mereka mampu mengeksplorasi konsep dan mempelajari keterampilan utama. Kaprikornus bahan dapat guru ajarkan secara eksploratif dan mendalam, bukan cuma untuk transfer wawasan.