
TRIBUNJOGJA.COM – Orang berilmu merupakan ia yang sudah diseleksi oleh Allah SWT, yang memiliki keistimewaan dan berfaedah untuk umat.
Orang berilmu merupakan mereka yang senantiasa terlihat wibawanya di antara makhluk – makluk Allah swt.
Bahkan ada yang menyampaikan bahwa orang berilmu akan senantiasa diingat walaupun ia sudah tiada.
beberapa firman Allah bagi mereka yang berilmu :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Yā ayyuhallażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥụ fil-majālisi fafsaḥụ yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzụ fansyuzụ yarfa’illāhullażīna āmanụ mingkum wallażīna ụtul-‘ilma darajāt, wallāhu bimā ta’malụna khabīr
Hai orang-orang beriman apabila dibilang kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah tentu Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, tentu Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu wawasan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan. Surat Al-Mujadilah Ayat 11
وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلْأَنْعَٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Wa minan-nāsi wad-dawābbi wal-an’āmi mukhtalifun alwānuhụ każālik, innamā yakhsyallāha min ‘ibādihil-‘ulamā`, innallāha ‘azīzun gafụr
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang majemuk warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut terhadap Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Surah Fatir 28
يُؤْتِى ٱلْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ ٱلْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Yu`til-ḥikmata may yasyā`, wa may yu`tal-ḥikmata fa qad ụtiya khairang kaṡīrā, wa mā yażżakkaru illā ulul-albāb
Allah menganugerahkan al nasihat (kefahaman yang dalam ihwal Al Alquran dan As Sunnah) terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia betul-betul sudah dianugerahi karunia yang banyak. Dan cuma orang-orang yang berakallah yang sanggup mengambil pelajaran (dari firman Allah). Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 269
Utamanya orang berilmu dalam kitab alala :
أَخُو الْعِلْمِ حَيُّ خَالِدٌ بَعْدَ مَوْتِهِ # وَأَوْصَالُهُ تَحْتَ التُّرَابِ رَمِيْمُ
Akhul’ilmihayyu khalidumba’damautihi # waawsholuhutahta turaabiramiimu
وَذُو الْجَهْلِ مَيْتٌ وَهُوَ يَمْشِى عَلَى الثَّرَى # يُظَنُّ مِنَ اْلاَحْيَاءِ وَهُوَ عَدِيْمُ
wadzuuljahlimaituw wahuwayamsialasshara # yudzannuminnalahyaiwahuwaa’diimu
Orang yang berilmu akan tetap hidup sehabis matinya walaupun tulang-tulangnya sudah hancur di bawah bumi,
sementara orang yang kurang cerdas sudah mati walaupun masih berlangsung di atas bumi, disangkanya beliau hidup padahal beliau sudah tiada
Keterangan yang di ambil dari kitab Alaala
Bila gajah mati meninggalkan gading maka insan mati meninggalkan nama.
Manusia bukanlah seekor gajah yang tidak berakal, dan insan juga tidak mirip gajah yang memiliki gading.
Suatu yang bermanfaat dari seekor gajah merupakan kekuatan fisik, sementara yang bermanfaat dari diri insan merupakan kekuatan pekerti dan ilmunya pengetahuannya.
Semakin tinggi ilmu dan baiknya ahlak seseorang, akan semakin marak kebaikan yang dipahami orang.
ilmu merupakan ibaratkan suatu Lem yang mau terus menempel pada pemiliknya manakala ia sudah tinggal tulang belulang didalam kuburnya.
Sementara gading akan secepatnya terlepas dikala seekor gajah mati dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Sejarah sudah menjelaskan betapa para ilmuwan tetap hidup sepanjang masa walaupun mereka sudah tiada berabad-abad lamanya.
Meskipun arti hidupnya akan sungguh jauh berlawanan dengan arti kehidupan konkret mereka.
Namun, kehidupan mereka dimasa sekarang merupakan selaku lentera ilmu yang senantiasa menerangi kehidupan manusia.
Kita ambil suatu pola dimana masih sering kita menyimak orang-orang menyebutkan nama Imam syafi’i,Imam ghozali,syeh abdul Qodir al jaelani, dan para ilmuwan lainnya, padahal kerap kali kita berkumpul dengan banyak orang tetapi nama kita tidak di sebutkan sekalipun,kenapa ?
Hal ini dikarenakan kita tidak berilmu atau berilmu, tetapi ilmu itu tidak dapat menerangi kehidupan mereka.
Oleh hasilnya kita sering mendengar sebutan orang awam, selaku orang mati, dikarenakan di dunia tiada keuntungannya sama sekali.
Ilmu bukan suatu tujuan pokok dalam belajar, tetapi ilmu hanyalah alat agar kita sanggup mengerti diri sendiri.
Bahwa diri kita hanyalah hamba yang lemah yang tiada memiliki kesanggupan apapun tanpa rahmat dari Allah swt.
Sehingga dari pemahaman inilah kita mesti beribadah tanpa pijakan apapun selain bahwa kita merupakan hamba-Nya.
Hamba yang mesti taat dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Terjemahan Kitab Alala, dalam FIqih Imam Syafi’i. ( MG- Ahmad Muhaimin Nurrudin)
Wallahu a’lam bishawab